BHAWANA JAYA

BHAWANA JAYA

This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Selasa, 26 Juli 2011

Ilmu navigasi darat

SALAM RIMBA!!!!!!

Selamat berjumpa dengan saya dan dalam kesempatan kali ini saya ingin berbagi ilmu untuk para kawan dan sahabat pecinta alam terutama bagi para pendaki lovers. Mendaki gunung termasuk suatu olahraga yang membutuhkan fisik yang ekstra kuat, tapi tidak hanya dengan fisik yang kuat saja kita bisa mendaki sebuah  gunung, tapi juga diperlukan mental yang lebih dari biasanya dan juga keberanian yang amat sangat kuat. Kenapa kok dibutuhkan mental dan keberanian???? Alasannya mudah. . .! Karena mendaki gunung adalah suatu kegiatan yang membuat kita secara langsung bisa berinteraksi dengan alam dan isinya, sedangkan isi didalam alam itu banyak sekali macamnya, contoh seperti didalam hutan, nah! didalam hutan itu banyak sekali yang menghuni, salah satunya pohon, hewan seperti kumbang, ular, monyet, burung, dan banyak sebagainya, termasuk juga makhluk gaib yang tidak bisa kita liat juga merupakan penghuni alam, maka dari itu kita dalam melakukan pendakian sebaiknya sebelum pendakian kita pesiapkan fisik, mental, dan keberanian agar saat pendakian fisik, mental maupun keberanian bisa optimal berguna.Dalam kegiatan pendakian siapapun boleh melakukan kegiatan ini entah itu pejabat, pengemis, pelajar, mahasiswa, pekerja, presiden, masyarakat sipil, ibu-ibu rumah tangga, dan siapapun itu bebas untuk bisa mengikuti kegiatan pendakian asal dalam pendakian bisa mematuhi peraturan-peraturan yang sudah diberlakukan oleh pihak perhutani daerah setempat dan yang pasti bisa menghargai hukum rimbanya sendiri, karna kita melakukan pendakian tersebut bukan disembarang tempat, tempat yang kita untuk mendaki tersebut jarang dikunjungi orang, kalaupun ada mungkin hanya penduduk sekitar gunung itu saja dan itupun pagi sampai sore, oleh karna itu dalamkegiatan pendakian ke suatu gunung kita harus bisa menghormati hukum-hukum yang berlaku ditempat itu.Ohh!!
Yaaa kawan. . . Olah raga mendaki gunung sebenarnya mempunyai tingkatan-tingkatan dan kualifikasinya, seperti yang sering kita ketahui dan kita kenal dengan istilah mountaineering. Menurut bentuk dan jenis medan yang dihadapi, mountaineering dapat dibagi menjadi banyak jenisnya, seperti hill walking, scarmbling, dan climbing, dll. Pendakian diwajibkan seminimal-minimalnya 3 orang, KENAPA???? itu mungkin yang ada dalam benak anda, apakah 2 orang saja tidak boleh???? atau mendaki gunung tanpa ditemani orang lain juga tidak boleh???? Itu sah-sah saja dan boleh-boleh saja tapi resiko pendakian sebuah gunung itu sangat banyak seperti patah tulang, kesleo, masuk angin, muntah-muntah karna tekanan pada ketinggian, hipotermia, dan resiko yang paling buruk diantaranya jatuh kedalam jurang, tersasar entah dimana itu, dan yang paling fatal meninggal dunia, lha dari resiko-resiko tersebut bila anda melakukan pendakian sendiri tanpa ada yang menamani dan kemudian terjadi seperti hal-hal diatas???? iJawabnya pasti "TIDAK". Maka dari itu jika kita melakukan pendakian seminimal-minimalnya 3 orang, karena jika kita tersesat dalam suatu pendakian kita masih bisa bersama dan mencari jalan keluar, dan jika kita terjatuh dalam jurang ada 2 teman kita yang bisa menolong, dan masih banyak contoh lainya. Dan saya tegaskan lagi!!! Mendaki gunung minimal 3 orang!!! OKEY????.
Dalam pendakian resiko terburuk yang paling ditakuti banyak pendaki adalah "TERSESAT". Kata-kata ini memang sangat rawan dalam pendakian,  tapi untuk menghindari kata-kata diatas. kita bisa mempelajari ilmu yang dinamakan "NAVIGASI DARAT". "NAVIGASI DARAT" merupakan ilmu yang banyak digunakan oleh pendaki-pendaki diseluruh dunia. Kalaupun kita belum pernah mendaki ke gunung yang  belum pernah kita daki, kita bisa tetap melakukan pendakian bila kita paham dengan ilmu "NAVIGASI DARAT", banyak yang bisa kita lakukan dengan ilmu "NAVIGASI DARAT" dan biasanya ilmu "NAVIGASI DARAT' ini memang sering dilakukan dalam pendakian.. .

Nah. . . .!!! Untuk kawan-kawan yang ingin lebih mengetahui apa itu "NAVIGASI DARAT" ataupun apa itu" NAVIGASI DARAT", 

MISTERI HIDUP SEORANGSOE HOK GIE


Pengantar: Kisah hidup Hok Gie muda ini inspiring bagi Masboi. Ia mati muda, tapi di usianya yang relatif pendek itu, ia melakukan dan berbuat sesuatu yang luar biasa. Seluruh tulisan saya comot dari Majalah Femina.
hok-gie.jpgKetika Mira Lesmana dan Riri Riza menggarap film Gie, Soe Hok Gie, sudah 36 tahun terlelap dalam tidur abadinya. Buku hariannya Catatan Harian Seorang Demonstran sudah 10 tahun menghilang dari toko buku.

Wajar saja jika pertanyaan “Siapa Soe Hok Gie? akan dijawab orang berbeda-beda. Di mata mahasiswa ia adalah seorang demonstran tahun 60-an. Namun di mata pecinta alam dia adalah anak Mapala UI (Mahasiswa Pecinta Alam UniversitasIndonesia) yang tewas di Semeru tahun 1969.

MELAMUN DI ATAS GENTING
“Gila! Umur 14 tahun dia sudah baca bukunya Gandhi, Tagore (Rabindranath Tagore, filsuf India-Red). Saya mungkin perlu waktu 10 tahun untuk bisa mengejar, puji Nicholas Saputra tentang Gie.

“Saya sering mendapatinya asyik membaca di bangku panjang dekat dapur, kenang kakaknya, sosiolog Arief Budiman yang kini menetap di Australia. Kakak perempuannya Dien Pranata punya kenangan berbeda. Ketika anak-anak sebayanya asyik mengejar layangan, Gie malah nongkrong di atap genting rumah. “Matanya menerawang jauh, seperti mencoba menyelami buku-buku yang dibacanya.

Selain membaca, Gie juga suka menulis buku harian. Sejak usia 15 tahun, setiap hari, ia menulis apa saja yang dialaminya. Catatan harian pertamanya bertanggal 4 Maret 1957, ketika ia masih duduk di kelas 2 SMP Stada. Catatan terakhir bertanggal 10 Desember 1969, hanya seminggu sebelum kematiannya.

BERANI MENGKRITIK
Di zaman Gie, kampus menjadi ajang pertarungan kaum intelektual yang menentang atau mendukung pemerintahan Bung Karno. Sepanjang 1966-1969 Gie berperan aktif dalam berbagai demonstrasi. Uniknya ia tak pernah menjadi anggota KAMI, organisasi yang menjadi lokomotif politik angkatan 66.

Gie lebih banyak berjuang lewat tulisan. Kritiknya pada Orde Lama dan Presiden Soekarno digelar terbuka lewat diskusi maupun tulisan di media masa. Ketika pemerintahan Soekarno ditumbangkan gerakan mahasiswa Angkatan 66, Gie memilih menyepi ke puncak-puncak gunung ketimbang menjadi anggota DPR-GR.

Sebagai anak muda, walaupun suka mengkritik dan doyan menyendiri, Gie ternyata sangat “gaul. “Penampilannya, biasa aja. Tapi kenalannya orang berpangkat dan nama-nama beken. Saya tahu, karena sering ikut dia. Misalnya saat ambil honor tulisan di Kompas atau Sinar Harapan. Nggak terbayang dia bisa kenalan dengan penyair Taufik Ismail dan Goenawan Mohamad! “, kata Badil.

TEWAS DI PUNCAK SEMERU
“Saya selalu ingat kematian. Saya ingin ngobrol-ngobrol, pamit, sebelum ke Semeru, begitu penggalan catatan harian Gie, Senin, 8 Desember 1969. Seminggu setelah itu, ia bersama Anton Wiyana, A. Rahman, Freddy Lasut, Idhan Lubis, Herman Lantang, Rudy Badil, Aristides Katoppo berangkat ke Gunung Semeru.

Siapa mengira, itulah terakhir kalinya mereka mendaki bersama Gie. Tanggal 16 Desember 1969, sehari sebelum ulangtahunnya ke 27 Gie dan Idhan Lubis tewas saat turun dari puncak karena menghirup uap beracun. Herman Lantang yang berada di dekat Gie saat kejadian melihat Gie dan Idhan kejang-kejang, berteriak dan mengamuk. Herman sempat mencoba menolong dengan napas buatan, tapi gagal.

Musibah kematian Gie di puncak Semeru sempat membuat teman-temannya bingung mencari alat transportasi untuk membawa jenazah Gie ke Jakarta. Tiba-tiba sebuah pesawat Antonov milik AURI mendarat di Malang. Pesawat itu sedang berpatroli rutin di Laut Selatan Jawa, Begitu mendengar kabar kematian Gie, Menteri Perhubungan saat itu Frans Seda memerintahkan pesawat berbelok ke Malang. “Saat jenasah masuk ke pesawat, seluruh awak kabin memberi penghormatan militer. Mereka kenal Gie!, kata Badil.
Jenasah Gie semula dimakamkan di Menteng Pulo. Namun pada 24 Desember 1969, dia dipindahkan ke Pekuburan Kober Tanah Abang agar dekat dengan kediaman ibunya. Dua tahun kemudian, kuburannya kena gusur proyek pembangunan prasasti. Keluarga dan teman-temannya, memutuskan menumbuk sisa-sisa tulang belulang Gie.

“Serbuknya kami tebar di antara bunga-bunga Edelweiss di lembah Mandalawangi di Puncak Pangrango. Di tempat itu Gie biasa merenung seperti patung, kata Rudy Badil.

Senin, 02 Mei 2011

PETUALANG SEJATI

Apakah yang anda dapatkan selama ini?

Ketika anda mendaki gunung-gunung,bertualang ke hutan dan tempat terpencil.

Apakah anda pernah merasakan perasaan sedih ketika anda meyadari keberadaan anda sebagai mahluk yang kecil dan tidak berarti apa-apa dibanding semua itu?

Pernahkan ketika anda berada di gunung anda merenung
tentang semuanya?

Pernahkah anda menangis ketika melihat langit biru,lautan yang luas, gunung-gunung, awan yang berarak, hutan, pepohonan,air yang mengalir di bebatuan,kabut yang menutupi jurang dan lembah.

Pernahkan anda menangis ketika mendengar suara nyanyian burung-burung, suara gemericik air, suara angin yang berhembus diantara pepohonan, suara ombak, suara seranggga hutan dimalam hari ketika kegelapan dan kesunyian mulai menyelimuti alam.

Apakah yang anda rasakan dan pikirkan saat itu,
Apakah anda pernah menyadari bahwa ada sesuatu yang lebih Besar dan Hebat dibelakang semua itu?

Yang Membuat dan Mengatur semua itu.
Siapakah dibelakang semua itu?

Pernahkan anda bersedih ketika melihat sampah-sampah plastik bertebaran di gunung dan hutan, hutan-hutan yang di hancurkan, binatang2 yang diburu, sungai2 yang tercemar oleh limbah.

Apakah anda sudah menemukan apa yang anda cari selama ini dengan pergi ke gunung, hutan atau tempat terpencil?

Apakah semua perjalanan selama ini bisa membuat anda lebih Mendekatkan diri kepada Zat yang Menciptakan semua itu dan menyadarkan diri anda yang tidak berarti apa-apa atau anda hanya ingin di puji orang atau
hanya ingin mencari kebanggaan atau malah makin menjauhkan anda dariNya.

Apakah anda sudah menjadi lebih bijaksana dalam hidup anda?
Banyak orang yang dengan bangganya menyebut dirinya pencinta alam, petualang, pendaki gunung, tetapi mereka tidak mendapatkan apa2 dari perjalanannya selain hanya tubuh yang lelah dan pakaian kotor, bahkan banyak dari mereka yang menjadi bagian dari Perusak Alam.

"ALLAH menciptakan langit dan bumi dan seluruh isinya alam ini, agar kita selalu bersyukur dan beribadah kepadanya".

Alam ini diciptakan untuk dipelihara dan dijaga kelestariannya.

Gunung, pohon, daun-daun, bunga-bunga, air, angin, batu-batuan, rerumputan, bahkan ulat, semut dan semua hewan yang ada didarat dan dilaut semuanya bersyukur kepada Allah.

Apakah kita juga seperti mereka?
Bukankah kita ini manusia yang katanya mahluk yang berakal dan lebih mulia dari mahluk yang lain.

Kalau semua itu tidak pernah anda rasakan dan pikirkan, Jadi apa tujuan anda selama ini?
Apa yang anda dapatkan selama ini?




Banyak orang yg ketika muda begitu bersemangat bertualang tetapi ketika lulus sekolah,bekerja dan mereka berkeluarga, menikah dan punya anak
mereka benar-benar berhenti, seakan melupakan semuannya,mereka sibuk dengan segala urusan, sehingga melupakan gunung,hutan dan alam.

kita lihat para penjelajah dan petualang di negri orang sampai tua mereka tetap bertualang, bahkan ada yang sudah berumur 70 tahun masih mendaki gunung himalaya,
apakah kita bisa seperti mereka?

Kebanyakan dikita hanya latah dan ikut-ikutan saja, mereka menjadi pendaki gunung hanya untuk gagah-gagahan saja,sehingga mereka tidak mendapatkan apa-apa dalam perjalanannya.

Jadikanlah apa yang anda jalani selama ini bukan hanya sebagai keisengan atau hobby semata tapi jadikanlah menjadi jalan untuk lebih mendekatkan diri kepadaNya dan menjadi Jalan Hidup anda.
Semoga

[Soe_Hok_Gie]

MENDAKI GUNUNG = MENGHARGAI HIDUP

Sedikit sekali orang yang bisa memahami keadaan seseorang atau keadaan sekitarnya, jika ia tidak terjun langsung atau mengalami apa yang dirasakan seseorang dalam kehidupannya.

Pencinta Alam atau biasa disebut PA, itulah yang pertama kali orang katakan saat melihat sekelompok orang – orang ini. Dengan ransel serat beban, topi rimba, baju lapangan, dan sepatu gunung yang dekil bercampur lumpur, membuat mereka kelihatan gagah.
Hanya sebagian saja yang menatap mereka dengan mata berbinar menyiratkan kekaguman, sementara mayoritas lainnya lebih banyak menyumbangkan cibiran, bingung, malah bukan mustahil kata sinis yang keluar dari mulut mereka, sambil berkata dalam hatinya, “Ngapain cape – cape naik Gunung. Nyampe ke puncak, turun lagi…mana di sana dingin lagi, hi…!!!!!!!”

Tapi tengoklah ketika mereka memberanikan diri bersatu dengan alam dan dididik oleh alam. Mandiri, rasa percaya diri yang penuh, kuat dan mantap mengalir dalam jiwa mereka. Adrenaline yang normal seketika menjadi naik hanya untuk menjawab golongan mayoritas yang tak henti – hentinya mencibir mereka. Dan begitu segalanya terjadi, tak ada lagi yang bisa berkata bahwa mereka adalah pembual !!!!!

Peduli pada alam membuat siapapun akan lebih peduli pada saudaranya, tetangganya, bahkan musuhnya sendiri. Menghargai dan meyakini kebesaran Tuhan, menyayangi sesama dan percaya pada diri sendiri, itulah kunci yang dimiliki oleh orang – orang yang kerap disebut petualang ini. Mendaki gunung bukan berarti menaklukan alam, tapi lebih utama adalah menaklukan diri sendiri dari keegoisan pribadi. Mendaki gunung adalah kebersamaan, persaudaraan, dan saling ketergantungan antar sesama.

Dan menjadi salah satu dari mereka bukanlah hal yang mudah. Terlebih lagi pandangan masyarakat yang berpikiran negative terhadap dampak dari kegiatan ini. Apalagi mereka sudah menyinggung soal kematian yang memang tampaknya lebih dekat pada orang – orang yang terjun di alam bebas ini. “Mati muda yang sia – sia.” Begitu komentar mereka saat mendengar atau membaca anak muda yang tewas di gunung. Padahal soal hidup dan mati, di gunung hanyalah satu dari sekian alternative dari suratan takdir.

Tidak di gunung pun, kalau mau mati ya matilah…!!!

Kalau selamanya kita harus takut pada kematian, mungkin kita tidak akan mengenal Columbus penemu Benua Amerika.

Di gunung, di ketinggian kaki berpijak, di sanalah tempat yang paling
damai dan abadi. Dekat dengan Tuhan dan keyakinan diri yang kuat. Saat kaki menginjak ketinggian, tanpa sadar kita hanya bisa berucap bahwa alam memang telah menjawab kebesaran Tuhan. Di sanalah pembuktian diri dari suatu pribadi yang egois dan manja, menjadi seorang yang mandiri dan percaya pada kemampuan diri sendiri.

Rasa takut, cemas, gusar, gundah, dan homesick memang ada, tapi itu dihadapkan pada kokohnya sebuah gunung yang tak mengenal apa itu rasa yang menghinggapi seorang anak manusia. Gunung itu memang curam, tapi ia lembut. Gunung itu memang terjal, tapi ia ramah dengan membiarkan tubuhnya diinjak – injak. Ada banyak luka di tangan, ada kelelahan di kaki, ada rasa haus yang menggayut di kerongkongan, ada tanjakan yang seperti tak ada habis – habisnya.

Namun semuanya itu menjadi tak sepadan dan tak ada artinya sama sekali saat kaki menginjak ketinggian. Puncak gunung menjadi puncak dari segala puncak. Puncak rasa cemas, puncak kelelahan, dan puncak rasa haus, tapi kemudian semua rasa itu lenyap bersama tirisnya angin pegunungan.

Lukisan kehidupan pagi Sang Maha Pencipta di puncak gunung tidak bisa diucapkan oleh kata – kata. Semuanya cuma tertoreh dalam jiwa, dalam hati. Usai menikmati sebuah perjuangan untuk mengalahkan diri sendiri sekaligus menumbuhkan percaya diri, rasanya sedikit mengangkat dagu masih sah – sah saja. Hanya jangan terus – terusan mengangkat dagu, karena walau bagaimanapun, gunung itu masih tetap kokoh di tempatnya.

Tetap menjadi paku bumi, bersahaja, dan gagah. Sementara manusia akkembali ke urat akar di mana dia hidup.

Ya, menghargai hidup adalah salah satu hasil yang diperoleh dalam mendaki gunung. Betapa hidup itu mahal. Betapa hidup itu ternyata terdiri dari berbagai pilihan, di mana kita harus mampu memilihnya meski dalam kondisi terdesak.

Satu kali mendaki, satu kali pula kita menghargai hidup. Dua kali mendaki, dua kali kita mampu menghargai hidup. Tiga kali, empat kali, ratusan bahkan ribuan kali kita mendaki, maka sejumlah itu pula kita menghargai hidup.

Hanya seorang yang bergelut dengan alamlah yang mengerti dan paham, bagaimana rasanya mengendalikan diri dalam ketertekanan mental dan fisik, juga bagaimana alam berubah menjadi seorang bunda yang tidak henti – hentinya memberikan rasa kasih sayangnya.
Kalau golongan mayoritas masih terus saja berpendapat minor soal kegiatan mereka, maka biarkan sajalah.

Karena siapapun orangnya yang berpendapat bahwa kegiatan ini hanya mengantarkan nyawa saja, bahwa kegiatan ini hanya sia – sia belaka, tidak ada yang menaifkan hal ini.

Mereka cuma tak paham bahwa ada satu cara di mana mereka tidak bisa merasakan seperti yang dirasakan oleh para petualang ini, yaitu kemenangan saat kaki tiba pada ketinggian.

Sabtu, 16 April 2011

BELAJAR DARI ALAM





Pernahkah Anda mendengar Sekolah Alam? Di Indonesia trend sekolah ini sedang naik daun. Murid belajar di alam terbuka dan mereka mempelajari segala sesuatu mengenai alam dan lingkungan yang sangat bermanfaat bagi proses pembelajaran anak-anak. Mereka diajarkan dengan mengamati langsung di lapangan. Jadi bukan sekedar hafalan seperti di sekolah umum (yang sebenarnya lebih banyak memasung kreativitas murid).
Alam mengajari kita banyak hal tentang hidup dan kehidupan. Alam mengajak kita untuk belajar kehidupan setiap saat. Benjamin Franklin mengatakan, " Umumnya manusia akan meninggal di usia 25 tahun namun baru dimakamkan di usia 70 tahun." Arti kalimat ini jelas bahwa umumnya manusia mengejar cita-cita sebelum usia 30 tahun, manusia pada umumnya hidup dengan mengulangi rutinitas setelah usia 30 tahun. Oh alangkah sedihnya! Senada dengan Benjamin, Henry Ford pernah mengatakan bahwa "Anyone who stops learning is old, whether at twenty or eighty. " (Seseorang yang berhenti belajar adalah sudah tua, baik ketika berhenti berusia dua puluh atau delapan puluh tahun.). Marilah kita terus belajar, termasuk belajar ke alam!

Perhatikan sebuah benih beringin. Jika benih ini tumbuh di tempat yang tepat (subur dan cukup air) maka beringin bisa menjadi pohon raksasa yang berumur hingga ratusan tahun. Namun jika beringin ini kita taruh di media tanam (pot) yang terbatas, beringin akan menjadi pohon kerdil. Pohon kerdil ini bisa menjadi indah jika kita bentuk menjadi tanaman bonsai.

Demikian juga dengan manusia. Walaupun kita mempunyai talenta luar biasa, jika kita berada di lingkungan yang tidak mendukung maka selamanya kita akan menjadi "kerdil". Namun jika kita menemukan lingkungan yang tepat maka segala potensi kita akan keluar secara optimal. Kita bahkan bisa menjadi "raksasa" karena mampu mengeluarkan "hero" yang ada di dalam diri kita.

Ingat Andy Noya pengasuh Kick Andy di Metro TV? Pada tahun 1990-an saya suka mendengar Andy Noya bersama Hersubeno Arif dll. di salah satu acara pagi radio Trijaya FM. Setelah itu Andy berkarir di RCTI, bahkan pernah membintangi iklan BCA - hingga akhirnya Andy Noya hijrah ke Metro TV. Ketika program "Kick Andy" melejit tiba-tiba Andy Noya memutuskan hengkang dari Metro TV yang telah memberinya posisi puncak. Ibarat pohon beringin tadi, kapasitas Andy mungkin sudah bukan di Metro TV lagi. Andy ingin meninggalkan comfort zone, mencari kebahagiaan hakiki dan berusaha mandiri untuk menemukan "pot" atau "kolam" yang lebih besar.

Setiap hujan turun akan timbul pelangi yang berwarna-warni. Di dalam kehidupan kita, tidak mungkin kesusahan hidup akan menghinggapi kita terus menerus. Ingat, Tuhan tidak akan mengubah nasib manusia kecuali manusia itu sendiri yang harus berusaha mengubahnya! Cobaan yang diberikan Tuhan kepada manusia pasti akan mampu kita sandang. Jika kita mau berusaha sekuat tenaga, gigih dan pantang menyerah, berani mengambil resiko menangkap peluang maka nasib kita akan berubah. Kebahagiaan pasti akan datang. Kesuksesan yang kita idam-idamkan pasti akan kita raih.

Kambing gunung mengajari anak-anaknya mencari rumput segar di pegunungan. Namun demikian, anak-anak kambing gunung ini diajari induknya supaya berlari dan menghindar secara gesit dari tangkapan harimau gunung. Induk harimau gunung mengajari anaknya untuk pintar berburu kambing gunung dengan cara menghadang dan menerkamnya pada saat berkumpul mencari rumput. Jika harimau gunung diajak berlari tentu akan kalah cepat dan gesit daripada kambing gunung. Demikianlah alam mengajarkan kepada kita bahwa kesempatan (peluang) sebenarnya selalu ada, tergantung bagaimana kita melakukan persiapan untuk menangkap kesempatan tersebut. Tanpa persiapan yang baik maka kesempatan-kesempatan akan lewat dengan percuma!

Secara alami air mengalir selalu mencari tempat yang lebih rendah. Seperti halnya dengan kita, apa yang kita lakukan setiap hari, kata-kata yang keluar dari mulut kita setiap hari akan selalu terekam di benak anak-anak kita. Anak yang lahir dengan polos ibarat kertas putih yang siap kita tulisi dengan kata-kata yang indah. Jika kita menulisinya dengan kata-kata yang kotor maka kertas putih ini akan menjadi kotor pula. Jangan selalu menyalahkan anak tentang hasil yang kurang memuaskan yang dia peroleh. Bangkitkan semangat mereka untuk berkarya lebih baik. Berikan apresiasi positif untuk memberi semangat mereka. Jangan pula terlalu memanjakan anak, biarkan mereka tumbuh wajar. Insya Allah anak kita menjadi pribadi luar biasa yang kita idam-idamkan.

Bencana alam gunung meletus, tsunami, dan gempa bumi merupakan tanda-tanda alam yang harus kita cermati. Banjir, kebakaran hutan dan pemanasan global merupakan contoh-contoh kerusakan alam terjadi karena ketidakseimbangan akibat ulah manusia yang tidak bertanggungjawab. Tanda-tanda alam tersebut mengingatkan kita untuk selalu berbuat yang jujur, bertanggungjawab dan menjauhi keserakahan.

Jika akhir-akhir ini Indonesia dilanda berbagai macam bencana alam, maka sudah selayaknya semua pemimpin mulai dari Presiden dan kabinetnya, pejabart di provinsi hingga tingkat kelurahan, militer, polisi, anggota DPR dan kita semua menghilangkan penyakit korupsi, kolusi, nepotisme. Compang-camping Indonesia hingga kini dikarenakan hukum yang masih bisa ditawar. Hukum yang masih bisa dinegosiasi ataupun dilanggar.

Jika Indonesia mau maju, prioritas utama adalah dengan penegakan hukum di semua bidang. Jika hukum ditegakkan maka secara tidak langsung akan mengembalikan keseimbangan alam Indonesia. Hutan menjadi hijau subur jauh dari pencurian oleh oknum-oknum yang seharusnya melindungi kelestarian hutan. Terorisme dan separatisme akan terkikis. Iklim bisnis meningkat karena tidak ada atau seminimal mungkin biaya siluman. Investor akan berbondong-bondong ke Indonesia. Lapangan kerja akan semakin banyak. Pariwisata akan bangkit. Semakin sedikit jumlah pengangguran dan tingkat kejahatan. Pelan tapi pasti keadilan dan kesejahteraan sosial akan meningkat. Kapan ya Indonesia tercinta ini bisa bangkit dan disegani? Marilah kita mulai dari diri kita sendiri!


Salam never give-up

Minggu, 27 Maret 2011

KEINDAHAN ALAM TAK TERGANTIKAN OLEH GEDUNG


Kadang pernah terpikir bahwa dengan majunya teknologi dan ilmu pengetahuan membuat kehidupan dibumi ini menjadi lebih baik. Dengan teknologi seperti internet, orang mampu berkomunikasi secara global tanpa batasan. Begitu pula kemajuan ilmu pengetahuan, orang bisa membuat gedung-gedung megah, bangunan yang menjulang tinggi dan kelap-kelip lampu yang menghiasi malam. Semuanya itu adalah keindahan yang cukup menarik untuk dirasakan. Tapi apakah keidahan gedung, bangunan dan keramaian kelap-kelip lampu di malam hari dapat menandingi keindahan alam?. Alam yang diciptakan Allah berupa gunung, hutan, laut berikut isinya, dan masih banyak lagi. Ambil contoh hutan, di dalamnya memiliki berjuta-juta bahkan tidak terhingga atas keindahan dan adanya kehidupan makhluk hidup yang luar biasa. Keindahan hutan memang lebih indah untuk dinikmati dan disyukuri. Lalu bagaimana dengan gedung, bangunan pencakar langit sekalipun apakah mampu menggantikan keindahan alam semesta???. “Alam memiliki keindahan yang tidak dapat terukur. Hingga saat ini pun belum ada manusia yang mampu menilai dan mengukur keindahan alam di dunia”

Bagaimanapun canggihnya manusia dalam berkarya, ternyata belum ada yang bisa menggantikan ciptaan alam semesta. Manusia boleh bangga dengan hasil ciptaan manusia. Tapi ciptaan manusia berupa gedung, bangunan pencakar langit hanya sebatas keindahan biasa saja. Semoga manusia yang berkarya tidak angkuh terhadap hasil karyanya. Manusia yang hidup di bumi ini pasti akan puas dan senang ketika mengujungi keindahan alam, seperti gunung, hutan, air terjun, laut dan isinya, pergi ke pulau-pulau yang menyuguhkan kemolekannya. Pada saat manusia suntuk kemungkinan yang dituju yaitu keindahan alam bukan keindahan gedung, bangunan pencakar langit dsb. Ini bukti bahwa manusia tidak terlepas dari keidahan alam yang nota bene adalah lingkungannya, tempat hidup makhluk hidup. Alam memiliki keindahan yang tidak dapat terukur. Hingga saat ini pun belum ada manusia yang mampu menilai dan mengukur keindahan alam di dunia. Jika dipikir lebih jauh, Untuk apa para wisatawan luar negeri berkunjung ke Indonesia? Misalnya ke pulau dewata (Bali). Mereka hanya ingin melihat dan merasakan keindahan alam bali dengan pantai yang indah, pasir putih yang masih elok, dan ombak yang ideal untuk surfing dan yang paling menarik yaitu menyaksikan sun rise dan sunset. Lalu kenapa mereka tidak membanggakan kota Jakarta (yang dengan bangga menyatakan sebagai kota megapolitan, aslinya ‘the big village’) dengan ribuan gedung pencakar langit, hiburan malam dsb. Jawabnya adalah karena manusia memiliki rasa atas keindahan alam, manusia adalah bagian dari alam bukan bagian dari gedung yang ‘mencakar’ langit namun tak sampai dan gedung yang menembus lapisan tanah (basement). Itulah hebatnya keidahan alam. Ingat!! jangan merusak alam ini. Ada kata di supermarket yang berbunyi ‘pecah berarti membeli’. Begitu pula jika Merusak keindahan alam berarti harus membeli harga mahal. Tapi sayang keindahan alam tidak boleh diperjualbelikan. Karena manusia tidak mampu untuk menciptakan keindahan alam itu seperti semula. Manusia hanya bisa manambahkan dan menjaganya agar tidak berubah dari aslinya.

“Untuk apa para wisatawan luar negeri berkunjung ke Indonesia? Misalnya ke pulau dewata (Bali). Mereka hanya ingin melihat dan merasakan keindahan alam bali dengan pantai yang indah, pasir putih yang masih elok, dan ombak yang ideal untuk surfing dan yang paling menarik yaitu menyaksikan sun rise dan sunset”


Kerusakan Demi Kerusakan Alam

Sayang beribu-ribu sayang. Keindahan alam yang masih alami harus terpaksa berubah fungsi, rusak dan bahkan sudah tidak ada lagi. Tidak lain dan tidak bukan adalah Karena ulah dari manusia. Manusia secara sadar merusak keindahan alam yang masih alamiah. Mereka dengan sengaja merusak hutan dengan menebangi (Illegal Logging), membunuh satwa-satwa liar yang tergolong langka, menangkap ikan dengan menggunakan pukat harimau dan bom, mencemari air laut dengan limbah, sampah dll. Sebenarnya masih banyak jenis perbuatan yang merusak lingkungan alam. Jika perbuatan merusak ini semakin menjadi-jadi dan tidak dapat di tanggulangi maka nilai tertinggi dari keindahan akan segera punah. Manusia akan bingung harus mencari dan menemukan keindahan alam yang alami.

Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah ruah namun seakan tidak pernah peduli untuk menjaga dan melestarikan keaslian alam. Berdasarkan informasi, hanya terdengar expliotasi dan exploitasi secara besar-besaran terhadap kekayaan alam. Sehingga muncullah kerusakan demi kerusakan yang teramat parah. Seperti yang terjadi di pulau papua, akibat penambangan emas dan timah, di wilayah yang sebelumnya masih indah, kini tinggal kubangan besar menyerupai bekas jatuhnya meteor. Begitu pula, hutan hujan tropis di Kalimantan yang telah banyak berubah menjadi hutan sawit dan aktifitas illegal logging. Dengan berubahnya hutan tropis mengakibatkan hilangnya habitat satwa liar yang seharusnya di lindungi. Orang utan banyak yang di tangkapi, dijual dan dibunuh. Lalu bagaimana dengan nasib satwa-satwa lainya??mungkinkan mereka punah??lalu siapa yang bisa mengembalikan seperti sedia kala??

Bercermin Pada Film Nim Of Island

Film Nim of island bercerita tentang kehidupan seorang ilmuan terkenal yang tinggal bersama anakanya bernama Nim. Bapak (ilmuan) dan Nim tinggal di pulau terpencil yang belum ada seorang pun mengetahuinya. Mereka tinggal berdua di pulau yang masih indah dengan laut yang masih biru, hewan-hewan (anjing laut, ikan lumba2, paus, burung, kura2, biawak kecil yang lucu), gunung dan bukit-bukit. Nim dan ayahnya tinggal di rumah yang dibuat menyatu dengan pohon besar, bertingkat. Rumahnya menggunakan tenaga listrik dari tenaga surya. Di rumahnya ada computer dan koneksi internet. Sehingga mereka masih dapat mengakses informasi secara uptodate. Nim berteman baik dan akrab dengan burung, anjing laut dan biawak kecil. Mereka selalu bersama Nim. Siang dan malam mereka bercanda tanpa duka. Meskipun mereka tinggal di pulau terpencil. Tapi mereka tidak kesepian.

Suatu ketika ada orang asing yang menemui pulau tempat Nim dan ayahnya berada. Orang asing tersebut naik kapal yang berlogo sang ‘bajak sawah’ eh bajak laut (mata satu tertutup). Ternyata niat orang asing tersebut tidak baik, orang asing itu ingin segera mengambil alih pulau dan menguasainya. Suatu hari sang pembajak laut datang kembali ke pulau itu. Di pinggir pantai mereka mengelar pesta dan merusak pantai yang indah. Nim dan rekan-rekannya (anjing laut, burung, biawak kecil lucu) tidak hanya diam. Mereka mengatur strategi untuk mengusir para pengganggu pulau (bajak laut) dari pulau. Strategi yang dirancang Nim dan kawan2nya akhirnya berhasil mengusir para bajak laut dan kliennya yang berpesta pora di pantai. Nim tidak ingin pulau yang masih indah tersebut diganggu dan di rusak oleh orang lain. Di samping itu Nim tidak ingin kehilangan kawan2nya (anjing laut, burung, biawak kecil, kura2, lumba2). Berhasilnya Nim dan kawan2nya mengusir bajak laut jahat berarti juga berhasil menyelamatkan pulaunya. Nim dan ayahnya serta kawan2nya yang ada di pulau kembali menjalani hidup dengan tenang dan tanpa gangguan dari pihak luar. Mereka semua hidup berdampingan dan saling melindungi pulau kesayangan. Mereka tidak ingin pulaunya di rusak oleh pihak lain. Lalu bagaimana dengan pulau di Indonesia, bagaimana dengan pantainya, lautnya, hewan2nya, dan tumbuhan lainnya?. Apakah masih ada yang tersisa???????????. Yah semoga saja. Semoga kekayaan alam yang tak ternilai harganya itu masih bisa berharga selamanya.amieeeen.

“Nim berteman baik dan akrab dengan burung, anjing laut dan biawak kecil. Mereka selalu bersama Nim. Siang dan malam mereka bercanda tanpa duka. Meskipun mereka tinggal di pulau terpencil. Tapi mereka tidak kesepian”

Kamis, 10 Maret 2011

KEINDAHAN ALAM INDONESIA

1. Gunung Rinjani, NTB

Rinjani memiliki panaroma yang bisa dibilang paling bagus di antara gunung-gunung di Indonesia. Setiap tahunnya (Juni-Agustus) banyak dikunjungi pencinta alam mulai dari penduduk lokal, mahasiswa, pecinta alam. Suhu udara rata-rata sekitar 20°C; terendah 12°C. Angin kencang di puncak biasa terjadi di bulan Agustus. Beruntung akhir Juli ini, angin masih cukup lemah dan cuaca cukup cerah, sehingga pendakian ke puncak bisa dilakukan kapan saja.
2. Pulau Komodo, NTT
Taman Nasional Komodo (TN. Komodo) merupakan kawasan yang terdiri dari beberapa pulau dengan perairan lautnya. Pulau-pulau tersebut merupakan habitat satwa komodo (Varanus komodoensis) yaitu reptil purba yang tersisa di bumi. Kondisi alamnya unik, terdapat padang savana yang luas dengan pohon lontarnya (Borassus flabellifer).
3. Kepulauan Raja Ampat, Papua Barat
Kepulauan Raja Ampat merupakan kepulauan yang berada di barat pulau Papua di provinsi Papua Barat, tepatnya di bagian kepala burung Papua. Kepulauan ini merupakan tujuan penyelam-penyelam yang tertarik akan keindahan pemandangan bawah lautnya
4. Kawah Ijen, Jawa Timur


iblis_kena_ketok

#1
Default 19 Keindahan Alam Indonesia yang MENAKJUBKAN
1. Gunung Rinjani, NTB



Rinjani memiliki panaroma yang bisa dibilang paling bagus di antara gunung-gunung di Indonesia. Setiap tahunnya (Juni-Agustus) banyak dikunjungi pencinta alam mulai dari penduduk lokal, mahasiswa, pecinta alam. Suhu udara rata-rata sekitar 20°C; terendah 12°C. Angin kencang di puncak biasa terjadi di bulan Agustus. Beruntung akhir Juli ini, angin masih cukup lemah dan cuaca cukup cerah, sehingga pendakian ke puncak bisa dilakukan kapan saja.


2. Pulau Komodo, NTT



Taman Nasional Komodo (TN. Komodo) merupakan kawasan yang terdiri dari beberapa pulau dengan perairan lautnya. Pulau-pulau tersebut merupakan habitat satwa komodo (Varanus komodoensis) yaitu reptil purba yang tersisa di bumi. Kondisi alamnya unik, terdapat padang savana yang luas dengan pohon lontarnya (Borassus flabellifer).


3. Kepulauan Raja Ampat, Papua Barat



Kepulauan Raja Ampat merupakan kepulauan yang berada di barat pulau Papua di provinsi Papua Barat, tepatnya di bagian kepala burung Papua. Kepulauan ini merupakan tujuan penyelam-penyelam yang tertarik akan keindahan pemandangan bawah lautnya


4. Kawah Ijen, Jawa Timur



Kawah Ijen merupakan salah satu gunung berapi atraksi wisata di Indonesia. Kawah Ijen merupakan objek wisata terkenal, yang telah dikenal oleh para wisatawan domestik dan asing karena keindahan alam dan bahari.
5. Carstensz Pyramid, Papua

Dunia Menurut Rasulullah SAW



Diriwayatkan dari Zaid bin tsabit r.a bahwa Rasulullah saw. bersabda; “barang siapa yang menginginkan akhirat, maka Allah akan mengumpulkan segenap kemampuannya, menciptakan rasa kaya dihatinya, dan memandang dunia dengan penuh kebencian. Dan barang siapa yang menginginkan dunia maka Allah akan mencerai beraikan semua urusannya, memperlihatkan kefakiran di hadapan matanya, dan ia tidak bisa mendapatkan kenikmatan duniawi kecuali sebesar yang Allah gariskan untuknya.” (HR. Ibnu Majah) Saudaraku, kalau kita mengira bahwa arti kekayaan itu adalah jumlah nominal harta yang banyak, atau sering kita beranggapan bahwa kemiskinan itu hanyalah ditentukan oleh sedikitnya harta yang dimiliki mungkin ada baiknya kita merenung kembali. Sebab menurut Hadist diatas, kekayaan dan kemiskinan itu adalah hak prerogatif dari Allah yang akan diberikan kepada kita. Sebab sangat sering kita jumpai seseorang yang secara lahiriah dimanja dengan harta dan kemewahan, tapi yang dia rasakan sesungguhnya hanyalah perih pedihnya kehidupan. Dan tidak sedikit kita temui, mereka yang secara lahiriah serba kekurangan, tapi jauh didalam lubuk hati mereka, ada perasaan tentram dan damai. Jadi Allah-lah yang kuasa kepada siapa hakikat kekayaan akan dimasukkan didalam hati. Kurangnya keyakinan kita akan apa yang sudah disabdakan oleh Rasulullah inilah yang sering menyebabkan kerancuan dengan rasio akal manusia. Pun demikian kita juga harus jujur dalam beragama, janganlah kita seolah-olah secara lahiriah adalah orang yang mengejar akhirat semata, namun didalam hati tiada henti kecemasan dan kegundahan untuk terus mencari dan menumpuk harta dunia. Banyaknya harta tapi tanpa Rahmat Allah, yang ada hanyalah adzab belaka. Sedikitnya harta tapi Rahmat Allah tiada henti tercurah, yang didapat adalah nikmat.

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bin Sahal bin Sa’ad r.a., ia berkata,”Aku mendengar Ibnu Zubair dalam salah satu khutbahnya dimimbar kota Makkah berkata, `Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Nabi Muhammad saw. bersabda; Seandainya anak Adam diberi satu lembah yang penuh berisi emas, maka dia akan mencari lembah yang kedua. Seandainya dia diberi lembah yang kedua, maka dia masih akan mencari lembah yang ketiga. Tak ada yang mampu menutup perut Bani Adam kecuali tanah. Dan Allah memberikan ampunan kepada siapa saja yang bertobat.” (HR. Bukhori)

Saudaraku, satu indikasi yang disebutkan oleh Rasulullah saw. sangat mengena bila kita semua mau jujur dengan diri ini. Bukanlah maksud agama ini melarang umatnya untuk mencari nafkah, namun yang menjadi point of view-nya disini adalah keserakahan kita dalah mencari dan mengumpulkan harta. Sebatas apa yang kita butuhkan dalam aspek utama dari kehidupan, maka alangkah indahnya bila kita mau membisikkan kata cukup kedalah hati kita sendiri. Sebab akal akan terus mengatakan pada diri kita, bahwasanya kita masih kurang dan akan terus kurang. Hanyalah sekarang tergantung diri ini apakah lebih percaya dan meyakini apa yang dibisikkan oleh hati atau apa yang dikatakan oleh akal. Sedang Hadist diatas adalah sebuah petunjuk yang arif untuk kita memilih. Dan yang pasti belum terlambat untuk kita bertobat kepada Allah SWT. INSYAALLOH.

Gambaran Umum Global Warming, Efek Dan Cara Untuk Mencegah Pemanasan Global Dunia





Kita semua sama2 tahu bahwa pemanasan global sedang terjadi. IPCC melaporakn penelitiannya bahwa 0,15 - 0,3o C. Jika peningkatan suhu itu terus berlanjut, diperkirakan pada tahun 2040 (33 tahun dari sekarang) lapisan es di kutub-kutub bumi akan habis meleleh. Dan jika bumi masih terus memanas, pada tahun 2050 akan terjadi kekurangan air tawar, sehingga kelaparan pun akan meluas di seantero jagat.

Udara akan sangat panas, jutaan orang berebut air dan makanan. Napas tersengal oleh asap dan debu. Rumah-rumah di pesisir terendam air laut. Luapan air laut makin lama makin luas, sehingga akhirnya menelan seluruh pulau. Harta benda akan lenyap, begitu pula nyawa manusia.
Hasil studi yang dilakukan ilmuwan di Pusat Pengembangan Kawasan Pesisir dan Laut, Institut Teknologi Bandung (2007), pun tak kalah mengerikan. Ternyata, permukaan air laut Teluk Jakarta meningkat setinggi 0,8 cm. Jika suhu bumi terus meningkat, maka diperkirakan, pada tahun 2050 daera-daerah di Jakarta (seperti : Kosambi, Penjaringan, dan Cilincing) dan Bekasi (seperti : Muaragembong, Babelan, dan Tarumajaya) akan terendam semuanya.

Yah,,,kita semua sudah mengetahui itu… dan sebagian orang tetap mencoba untuk memberitahukan bahwa kejadian ini benar-benar sedang terjadi… namun tetap tidak sedikit orang yang masih tidak peduli. Mungkin karena kita masih merasa nyaman dengan keadaan sekarang…bisa menikamti semuanya mulai dari makanan, air, udara, daratan yang sukup untuk bermain bola, social yang masih cukup damai, dll…

Yah…itu saat ini…lalu bagaimana jika 10 tahun lagi, atau 20 tahun, atau sampai 30 tahun lagi. Saya tahu tidak akan terjadi perubahan yang signifikan saat ini karena kita semua masih menganggap ini hal yang biasa, tapi saya akan menjadi manusia yang sangat bodoh jika saya tidak terus mencoba untuk menginformasikan ini.

Lalu apa yang bisa kita lakukan?



Ada beberapa cara mudah yang bias kita lakukan, yaitu ;

1. Matikan listrik. (jika tidak digunakan, jangan tinggalkan alat elektronik dalam keadaan standby. Cabut charger telp. genggam dari stop kontak. Meski listrik tak mengeluarkan emisi karbon, pembangkit listrik PLN menggunakan bahan baker fosil penyumbang besar emisi).
2. Ganti bohlam lampu (ke jenis CFL, sesuai daya listrik. Meski harganya agak mahal, lampu ini lebih hemat listrik dan awet).
3. Bersihkan lampu (debu bisa mengurangi tingkat penerangan hingga 5%).
4. Jika terpaksa memakai AC (tutup pintu dan jendela selama AC menyala. Atur suhu sejuk secukupnya, sekitar 21-24o C).
5. Gunakan timer (untuk AC, microwave, oven, magic jar, dll).
6. Alihkan panas limbah mesin AC untuk mengoperasikan water-heater.
7. Tanam pohon di lingkungan sekitar Anda.
8. Jemur pakaian di luar. Angin dan panas matahari lebih baik ketimbang memakai mesin (dryer) yang banyak mengeluarkan emisi karbon.
9. Gunakan kendaraan umum (untuk mengurangi polusi udara).
10. Hemat penggunaan kertas (bahan bakunya berasal dari kayu).
11. Say no to plastic. Hampir semua sampah plastic menghasilkan gas berbahaya ketika dibakar. Atau Anda juga dapat membantu mengumpulkannya untuk didaur ulang kembali.
12. Sebarkan berita ini kepada orang-orang di sekitar Anda, agar mereka turut berperan serta dalam menyelamatkan bumi.

Dan saya yakin anda cukup pintar untuk menanggapinya….makasih

Jumat, 04 Maret 2011

SOE HOK GIE dan Gunung Semeru



SOE HOK GIE: Kenangan Kepada Seorang Demonstran

Enam belas Desember 30 tahun lalu, Soe Hok Gie, tokoh mahasiswa dan pemuda, meninggal dunia di puncak Gunung Semeru, bersama Idhan Dhanvantari Lubis. Sosok dan sikapnya sebagai pemikir, penulis, juga aktivis yang berani, coba ditampilkan Rudy Badil, yang mewakili rekan lainnya, Aristides (Tides) Katoppo, Wiwiek A. Wiyana, A. Rachman (Maman), Herman O. Lantang dan almarhum Freddy Lasut.


“Siap-siap kalau mau ikut naik lagi ke Gunung Semeru. Kasih kabar secepatnya, sebab harus ada persiapan di musim penghujan Desember, juga pertengahan Desember itu bulan puasa Ramadhan,” kata Herman O. Lantang, mantan pimpinan pendakian Musibah Semeru 1969, yang masih amat bugar di umurnya yang sudah lewat 57 tahun.

Terkejut dan tersentuh juga saya saat mendengar ajakan Herman itu. Dia merencanakan membentuk tim kecil untuk mendaki puncak Semeru lagi Desember ini, sambil memperingati 30 tahun meninggalnya dua sobat lama kami, Soe Hok Gie dan Idhan Lubis. “Kita juga akan berdoa, sekalian mengenang Freddy Lasut yang meninggal beberapa bulan lalu,” lanjutnya.

Soe meninggal dunia saat baru berumur 27 tahun kurang sehari. Idhan malah baru 20 tahun. “Tanpa terasa Soe sudah tiga dasawarsa meninggalkan kita sejak Orde Baru … perkembangan yang terjadi di Tanah Air dalam dua tahun terakhir ini, khususnya gerakan mahasiswa yang telah menggulingkan pemerintahan Orde Baru, mengingatkan kita kembali pada situasi tahun 1960-an, ketika Soe masih menjadi aktivis mahasiswa kala itu,” begitu bunyi naskah buku kecil acara “Mengenang Seorang Demonstran”, (berisikan antara lain diskusi panel soal bangsa dan negara Indonesia ini), yang bakal diselenggarakan Iluni FSUI dan Alumni Mapala UI.

Kasih Batu dan Cemara
Dari beberapa catatan kecil serta dokumentasi yang ada, termasuk buku harian Soe yang sudah diterbitkan, Catatan Seorang Demonstran (CSD) (LP3ES, 1983), di benak saya mulai tergali suasana sore hari bergerimis hujan dan kabut tebal, tanggal 16 Desember 1969 di Gunung Semeru.

Seusai berdoa dan menyaksikan letupan Kawah Jonggringseloko di Puncak Mahameru (puncaknya Gunung Semeru) serta semburan uap hitam yang mengembus membentuk tiang awan, bersama Maman saya terseok-seok gontai menuruni dataran terbuka penuh pasir bebatuan. Kami menutup hidung, mencegah bau belerang yang makin menusuk hidung dan paru-paru.

Di depan kelihatan Soe sedang termenung dengan gaya khasnya, duduk dengan lutut kaki terlipat ke dada dan tangan menopang dagu, di tubir kecil sungai kering. Tides dan Wiwiek turun duluan. Sempat pula kami berpapasan dengan Herman dan Idhan. Kelihatannya kedua teman itu akan menjadi yang paling akhir mendaki ke Mahameru.

Dengan tertawa kecil, Soe menitipkan batu dan daun cemara. Katanya, “Simpan dan berikan kepada kepada ‘kawan-kawan‘ batu berasal dari tanah tertinggi di Jawa. Juga hadiahkan daun cemara dari puncak gunung tertinggi di Jawa ini pada cewek-cewek FSUI.” Begitu kira-kira kata-kata terakhirnya, sebelum bersama Maman saya turun ke perkemahan darurat dekat batas hutan pinus atau situs recopodo (arca purbakala kecil sekitar 400-an meter di bawah Puncak Mahameru).

Di perkemahan darurat yang cuma beratapkan dua lembar ponco (jas hujan tentara), bersama Tides, Wiwiek dan Maman, kami menunggu datangnya Herman, Freddy, Soe, dan Idhan. Hari makin sore, hujan mulai tipis dan lamat-lamat kelihatan beberapa puncak gunung lainnya. Namun secara berkala, letupan di Jonggringseloko tetap terdengar jelas.

Menjelang senja, tiba-tiba batu kecil berguguran. Freddy muncul sambil memerosotkan tubuhnya yang jangkung. “Soe dan Idhan kecelakaan!” katanya. Tak jelas apakah waktu itu Freddy bilang soal terkena uap racun, atau patah tulang. Mulai panik, kami berjalan tertatih-tatih ke arah puncak sambil meneriakkan nama Herman, Soe, dan Idhan berkali-kali.

Beberapa saat kemudian, Herman datang sambil mengempaskan diri ke tenda darurat. Dia melapor kepada Tides, kalau Soe dan Idhan sudah meninggal! Kami semua bingung, tak tahu harus berbuat apa, kecuali berharap semoga laporan Herman itu ngaco. Kami berharap semoga Soe dan Idhan cuma pingsan, besok pagi siuman lagi untuk berkumpul dan tertawa-tawa lagi, sambil mengisahkan pengalaman masing-masing.Tides sebagai anggota tertua, segera mengatur rencana penyelamatan. Menjelang maghrib, Tides bersama Wiwiek segera turun gunung, menuju perkemahan pusat di tepian (danau) Ranu Pane, setelah membekali diri dengan dua bungkus mi kering, dua kerat coklat, sepotong kue kacang hijau, dan satu wadah air minum. Tides meminta kami menjaga kesehatan Maman yang masih shock, karena tergelincir dan jatuh berguling ke jurang kecil.

“Cek lagi keadaan Soe dan Idhan yang sebenarnya,” begitu ucap Tides sambil pamit di sore hari yang mulai gelap. Selanjutnya, kami berempat tidur sekenanya, sambil menahan rembesan udara berhawa dingin, serta tamparan angin yang nyaris membekukan sendi tulang.Baru keesokan paginya, 17 Desember 1969, kami yakin kalau Soe dan Idhan sungguh sudah tiada, di tanah tertinggi di Pulau Jawa. Kami jumpai jasad kedua kawan kami sudah kaku. Semalam suntuk mereka lelap berkasur pasir dan batu kecil Gunung Semeru. Badannya yang dingin, sudah semalaman rebah berselimut kabut malam dan halimun pagi. Mata Soe dan Idhan terkatup kencang serapat katupan bibir birunya. Kami semua diam dan sedih.

Mengapa Naik Gunung
Sejak dari Jakarta Soe sudah merencanakan akan memperingati hari ultahnya yang ke-27 di Puncak Mahameru. Malam sebelumnya, tanggal 15 Desember, dalam tenda sempit di tepi hutan Cemoro Kandang, Soe yang amat menguasai lirik dan falsafah lagu-lagu tertentu, meminta kami menyanyikan lagu spiritual negro, Nobody Knows, sampai berulang-ulang. Padahal irama lagu ini monoton sampai sudah membosankan kuping dan tenggorokan.

Idhan yang pendiam, cuma duduk tertawa-tawa, sambil mengaduk-aduk rebusan mi hangat campur telur dan kornet kalengan. Malam dingin dan hujan itu, kami bertujuh banyak bercerita, termasuk mendengarkan rencana Soe yang mau berultah di puncak gunung. “Pokoknya gue akan berulang tahun di atas,” katanya sambil mesam-mesem. “Nyanyi lagi dong. Lagu Donna Donna-nya Joan Baez itu bagus sekali.”

Pagi hari nahas itu, sebelum berkemas untuk persiapan pendakian ke puncak, kami sarapan berat. Soe yang biasanya cuma bercelana pendek, kini memakai celana panjang dengan sepatu bot baru. Bahkan dia mengenakan kemeja kaus warna kuning dengan simbol UI di kantung. “Keren enggak?” Tanyanya.

Rombongan pun berjalan mendaki, menuju Puncak Mahameru dari dataran di kaki Gunung Bajangan. Soe sebagaimana biasanya, selalu memanggul ransel besar dan berat, berjalan gesit sambil banyak cerita dan komentar. Ia mengisahkan bahwa di sekitar daerah itu pasti masih banyak harimau karena dia menemukan jejak kakinya. Dia juga menyebut kalau Cemoro Kandang berlumpur arang gara-gara kebakaran hutan pinus tahunan, sebagai pertanda seleksi alam dan proses regenerasi tanaman hutan.

Dosen sejarah ini terus nyerocos kepada mahasiswanya (saya), asal muasal nama recopodo alias arca kembar, serta mitologi Puncak Mahameru yang berkaitan dengan nasib Pandawa Lima dalam pewayangan Jawa. Namun sang mahasiswa juga membayangkan dengan geli, betapa kagetnya wakil DPR-RI saat itu ketika menerima bingkisan dari kelompok Soe berisi gincu dan cermin sebagai perlambang fungsi anggota DPR yang banci. Sayang, cuma segitu ingatan saya tentang Soe pada jam-jam terakhirnya.

Yang masih tetap terngiang justru rayuan dan “falsafahnya”, kala mengajak seseorang mendaki gunung. “Ngapain lama-lama tinggal di Jakarta. Mendingan naik gunung. Di gunung kita akan menguji diri dengan hidup sulit, jauh dari fasilitas enak-enak. Biasanya akan ketahuan, seseorang itu egois atau tidak. Juga dengan olahraga mendaki gunung, kita akan dekat dengan rakyat di pedalaman. Jadi selain fisik sehat, pertumbuhan jiwa juga sehat. Makanya yuk kita naik gunung. Ayo ke Semeru, sekali-kali menjadi orang tertinggi di P. Jawa. Masa cuma Soeharto saja orang tertinggi di P. Jawa ini,” kira-kira begitu katanya, sambil menyinggung nama mantan Presiden Soeharto, nun sekitar 30 tahun lalu.

Memang pendakian ke Semeru ini merupakan proyek kebanggaan Mapala FSUI 1969. Soe dengan keandalannya melobi kiri-kanan, mampu mengumpulkan dana untuk subsidi penuh beberapa rekan yang mahasiswa bokek sejati.

Singkat cerita, musibah sudah terjadi. Soe mungkin tidak membayangkan betapa kematiannya bersama Idhan Lubis bikin repot setengah mati banyak orang. Kami yang ditinggal dalam suasana tak menentu, selama sembilan hari benar-benar hidup tidak kejuntrungan. Selain puasa sampai tiga hari karena kehabisan makanan, kami makin sedih saat menerima surat dari Tides via kurir, menanyakan keadaan Soe dan Idhan.

Herman, kami sudah sampai di Gubuk Klakah hari Kamis pagi, sesudah jalan sepanjang malam (sekitar 20 jam). Pak Lurah menyanggupi tenaga bantuan 10 orang dan bekal. Mohon kabar bagaimana Soe, Idhan, dan Maman dll. secepatnya mendahului rombongan … Tides dan Wiwik 18-12-69.

Saya pun terpilih menjadi kurir, mendahului rombongan sambil membawa surat untuk Tides. Isinya apalagi kalau bukan minta bantuan tenaga dan bahan makanan. Herman pun menulis surat: Saya tunggu di Cemorokandang dan bermaksud menunjukkan “site” tempat jenazah Soe dan Idhan … kirimkan: gula/gula jawa, nasi, lauk, permen, pakaian hangat … sebanyak mungkin!

Akhirnya, semua bantuan tiba. Seluruh anggota rombongan baru berkumpul lagi pada tanggal 22 Desember di Malang. Kurus dan kelelahan. Maman terpaksa dirawat khusus beberapa hari di RS Claket. Sedangkan Soe dan Idhan, terbaring kesepian di dalam peti jenazah masing-masing. Untuk terakhir kali, kami tengok Soe dan Idhan. Soe yang mati muda, terbujur kaku dengan kemeja tangan panjang putih lengkap dengan dasi hitam. Jenis barang yang tidak mungkin dipakai semasa hidupnya.

Monyet Tua Yang Dikurung
Kalau diingat-ingat, selama beberapa minggu sebelum keberangkatan dengan kereta api ke Jatim, Soe memang suka berkata aneh-aneh. Beberapa kali dia mengisahkan kegundahannya tentang seorang kawan yang mati muda gara-gara ledakan petasan. Ternyata dalam buku hariannya di CSD, Hok Gie menulis: “… Saya juga punya perasaan untuk selalu ingat pada kematian. Saya ingin ngobrol-ngobrol pamit sebelum ke Semeru ….”

Soe yang banyak membaca dan sering diejek dengan julukan “Cina Kecil”, memanfaatkan kebeningan ingatannya untuk menyitir kata-kata “sakti” filsuf asing. Antara lain, tanggal 22 Januari 1962, ia menulis: “Seorang filsuf Yunani pernah menulis … nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Rasa-rasanya memang begitu. Bahagialah mereka yang mati muda.”

Soe yang penyayang binatang (dia memelihara beberapa ekor anjing, banyak ikan hias dan seekor monyet tua jompo), sebelum musibah Semeru itu sempat berujar: “Kehidupan sekarang benar-benar membosankan saya. Saya merasa seperti monyet tua yang dikurung di kebun binatang dan tidak punya kerja lagi. Saya ingin merasakan kehidupan kasar dan keras … diusap oleh angin dingin seperti pisau, atau berjalan memotong hutan dan mandi di sungai kecil … orang-orang seperti kita ini tidak pantas mati di tempat tidur.”

Arief Budiman, sang kakak yang menjemput jenazah Soe di Gubuk Klakah, juga merasakan sikap aneh adiknya. Sebelum dia meninggal pada bulan Desember 1969, ada satu hal yang pernah dia bicarakan dengan saya. Dia berkata, “Akhir-akhir ini saya selalu berpikir, apa gunanya semua yang saya lakukan ini. Saya menulis, melakukan kritik kepada banyak orang … makin lama makin banyak musuh saya dan makin sedikit orang yang mengerti saya. Kritik-kritik saya tidak mengubah keadaan. Jadi, apa sebenarnya yang saya lakukan … Kadang-kadang saya merasa sungguh kesepian.” (CSD) Arief sendiri mengungkapkan, ibu mereka sering gelisah dan berkata: “Gie, untuk apa semuanya ini. Kamu hanya mencari musuh saja, tidak mendapat uang.” Terhadap Ibu, dia cuma tersenyum dan berkata: “Ah, Mama tidak mengerti”.

Arief pun menulis kenangannya lagi: … di kamar belakang, ada sebuah meja panjang. Penerangan listrik suram karena voltase yang selalu naik turun kalau malam hari. Di sana juga banyak nyamuk. Ketika orang-orang lain sudah tidur, sering kali masih terdengar suara mesin tik … dari kamar yang suram dan banyak nyamuk itu, sendirian, sedang mengetik membuat karangan … saya terbangun dari lamunan … saya berdiri di samping peti matinya. Di dalam hati saya berbisik, “Gie kamu tidak sendirian”. Saya tak tahu apakah Hok Gie mendengar atau tidak apa yag saya katakan itu.

Mimpi seorang Mahasiswa Tua
John Maxwell yang menyusun disertasinya, Soe Hok Gie – A Biography of A Young Indonesia Intellectual (Australian National University, 1997), menjabarkan betapa banyaknya komentar penting terhadap kematian Hok Gie. Harian Indonesia Raya yang masa itu sedang gencar-gencarnya mengupas kasus korupsi Pertamina-nya Ibnu Sutowo, memuat tulisan moratorium tentang Soe secara serial selama tiga hari.

Mingguan Bandung Mahasiswa Indonesia, mempersembahkan editorial khusus:
…Tanpa menuntut agar semua insan menjadi seorang Soe Hok-gie, kita hanya bisa berharap bahwa pemuda ini dapat menjadi model seorang pejuang tanpa pamrih … kita membutuhkan orang seperti dia, sebagai lonceng peringatan yang bisa menegur kita manakala kita melakukan kesalahan.

Di luar negeri, berita kematian Soe sempat diucapkan Duta Besar RI Soedjatmoko, di dalam pertemuan The Asia Society in New York, sebagai berikut:
… Saya ingin menyampaikan penghormatan pada kenangan Soe Hok-gie, salah seorang intelektual yang paling dinamis dan menjanjikan dari generasi muda pasca kemerdekaan …. Komitmennya yang mutlak untuk modernisasi demokrasi, kejujurannya, kepercayaan dirinya yang teguh dalam perjuangan … bagi saya ia memberikan suatu ilustrasi tentang adanya kemungkinan suatu tipe baru orang Indonesia, yang benar-benar asli orang Indonesia. Saya pikir pesan inilah yang telah disampaikannya kepada kita, dalam hidupnya yang singkat itu.

Kepada Ben Anderson, pakar politik Indonesia yang juga kawan lengket Soe, dalam salah satu surat terakhirnya, Soe menulis,
… Saya merasa semua yang tertulis dalam artikel-artikel saya adalah sejumput petasan. Dan semuanya ingin saya isi dengan bom!

Dari cuplikan berbagai tulisan Soe, terasa sekali sikap dan pandangannya yang khas. Misalnya, Soe pernah menulis begini:
Saya mimpi tentang sebuah dunia, di mana ulama – buruh – dan pemuda, bangkit dan berkata – stop semua kemunafikan, stop semua pembunuhan atas nama apa pun. Tak ada rasa benci pada siapa pun, agama apa pun, dan bangsa apa pun. Dan melupakan perang dan kebencian, dan hanya sibuk dengan pembangunan dunia yang lebih baik.

Khusus soal mahasiswa, menjelang lulus sebagai sejarawan, 13 Mei 1969, Soe sempat menulis artikel Mimpi-Mimpi Terakhir Seorang Mahasiswa Tua. Dalam uraian tajam itu, ia menyatakan:
… Beberapa bulan lagi saya akan pergi dari dunia mahasiswa. Saya meninggalkan dengan hati berat dan tidak tenang. Masih terlalu banyak kaum munafik yang berkuasa. Orang yang pura-pura suci dan mengatasnamakan Tuhan … Masih terlalu banyak mahasiswa yang bermental sok kuasa. Merintih kalau ditekan, tetapi menindas kalau berkuasa.

Saat dirinya masuk korps dosen FSUI, secara blak-blakan Soe mengungkap ada dosen yang membolos 50% dari jatah jam kuliahnya. Bahkan ada dosen menugaskan mahasiswa menerjemahkan buku. Terjemahan mahasiswa itu dipakainya sebagai bahan pengajaran, karena sang dosen ternyata tidak tahu berbahasa Inggris.

Masih di seputar mahasiswa, dalam nada getir, Soe menulis:
… Hanya mereka yang berani menuntut haknya, pantas diberikan keadilan. Kalau mahasiswa Indonesia tidak berani menuntut haknya, biarlah mereka ditindas sampai akhir zaman oleh sementara dosen-dosen korup mereka.

Khusus untuk wakil mahasiswa yang duduk dalam DPR Gotong Royong, Hok Gie sengaja mengirimkan benda peranti dandan. Sebuah sindiran supaya wakil mahasiswa itu nanti bisa tampil manis di mata pemerintah. Padahal wakil mahasiswa itu teman-temannya sendiri yang dijuluki “politisi berkartu mahasiswa”. Langkah Soe ini membuat mereka terperangah. Sayangnya, momentum ini kandas. Soe Hok Gie keburu tewas tercekik gas beracun di Puncak Mahameru.

Berpolitik Cuma Sementara
John Maxwell dalam epilog naskah buku Mengenang Seorang Demonstran (November 1999), menulis begini,
“Saya sadar telah menulis tentang seorang pemuda yang hidupnya berakhir tiba-tiba, dan terlalu dini dengan masa depan yang penuh dengan kemungkinan yang begitu luas.”

Kita telah memperhatikan bagaimana Soe Hok Gie terpana politik dan peristiwa nasional, setidak-tidaknya sejak masih remaja belasan tahun … namun hasratnya terhadap dunia politik, diredam oleh penilaiannya sendiri bahwa dunia politik itu pada dasarnya lumpur kotor. Semua orang seputar Soekarno dinilainya korup dan culas, sementara pimpinan partai dan politisi terkemuka, tidak lebih dari penjilat dan bermental “asal bapak senang”, serta “yes men”, atau sudah pasrah.

Pandangan ini menjadi latar belakang pembelaan Soe akan kekuatan moral dalam politik di awal tahun 1966. Keikutsertaannya dalam politik hanya untuk sementara. Pada pertengahan tahun yang sama, dia menyampaikan argumentasi bahwa sudah tiba saatnya bagi mahasiswa untuk mundur dari arena politik dan membiarkan politisi profesional bertugas, membangun kembali institusi politik bangsa.”
Demikian tulis Maxwell.

Soe memang sudah bersikap. Dia memilih mendaki gunung daripada ikut-ikutan berpolitik praktis. Dia memilih bersikap independen dan kritis dengan semangat bebas. Pikiran dan kritiknya tertuang begitu produktif dalam pelbagai artikel di media cetak. Namun secara diam-diam, Soe ternyata juga menumpahkan unek-uneknya dalam bentuk puisi indah. Salah satunya Mandalawangi-Pangrango yang terkenal di kalangan pendaki gunung.

Pemuda lajang yang sempat pacaran dengan beberapa gadis manis FSUI, selain kutu buku, macan mimbar diskusi, kambing gunung, tukang nonton film, juga penggemar berat folk song (meski sama sekali tak becus bernyanyi merdu). Berbadan kurus nyaris kerempeng, di gunung makannya gembul.

Bagi pemuda dan khususnya mahasiswa demonstran, masih ada potongan puisi Hok Gie yang sempat tercecer, baru muncul di harian Sinar Harapan 18 Agustus 1973. Judulnya “Pesan” dan cukilan pentingnya berbunyi:

Hari ini aku lihat kembali
Wajah-wajah halus yang keras
Yang berbicara tentang kemerdekaaan
Dan demokrasi
Dan bercita-cita
Menggulingkan tiran
Aku mengenali mereka
yang tanpa tentara mau berperang melawan diktator
dan yang tanpa uang
mau memberantas korupsi.

Kawan-kawan
Kuberikan padamu cintaku
Dan maukah kau berjabat tangan
Selalu dalam hidup ini?

Selasa, 01 Maret 2011

MAHAMERU


Gunung Mahameru merupakan sebuah gunung yang terdapat di pulau Jawa, Indonesia. Gunung Mahameru mempunyai ketinggian setinggi 3,676 meter.
Gunung Mahameru merupakan gunung yang tertinggi di pulau Jawa dan gunung berapi yang kedua tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 3.676m dari permukaan laut dan merupakan salah satu gunung berapi yang paling aktif.
Gunung Mahameru mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung. Gunung Mahameru juga dikenal dengan nama Gunung Semeru. Namun sebenarnya masih ada gunung lain yang bernama Gunung Semeru, yang berada di timur pulau jawa didekat gunung Argopuro. Mahameru merupakan gunung yang tertinggi di Pulau Jawa dan gunung berapi yang kedua tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 3676m dpl dan merupakan salah satu gunung berapi yang paling aktif. Setiap lebih kurang 20 menit sekali kawahnya mengeluarkan abu vulkanik berwarna hitam dan pasir.
Posisi gunung ini terletak diantara wilayah administrasi Kabupaten Malang dan Lumajang, dengan posisi geografis antara 8°06′ LS dan 120°55′ BT.
Dilihat dari kejauhan Mahameru menunjukan bentuk kerucut yang sempurna, tetapi saat berada dipuncak gunung tersebut berbentuk kubah yang luas dengan medan beralun disetiap tebingnya. Kawah Jongring Saloka, demikian nama kawahnya ini pada tahun 1913 dan tahun 1946 diisi suatu kubah kawah. Disebelah selatan, kubah ini mendobrak tepi kawah menyebabkan aliran lava kebagian selatan daerah Pasirian, Candiputro dan Lumajang.
Gunung Mahameru adalah bagian termuda dari pegunungan Jambangan tetapi telah berkembang menjadi strato-vulkano luas yang terpisah. Aktivitas material vulkanik yang dikeluarkan meliputi: - Letusan abu, lava blok tua dan bom lava muda - Material lahar vulkanik bercampur dengan air hujan atau air sungai. - Letusan bagian kerucut yang menyebabkan longsoran. - Pertunbuhan lamban/beransur dari butiran lava dan beberapa kali guguran lahar panas.
Seperti pada umumnya ditempat tinggi lainnya, daerah sepanjang rute perjalanan dari mulai Ranupane (2.200m dpl) sampai puncak Mahameru mempunyai suhu relatif dingin. Suhu rata-rata berkisar antara 3°c - 8°c pada malam dan dini hari, sedangkan pada siang hari berkisar antara 15°c - 21°c. Kadang-kadang pada beberapa daerah terjadi hujan salju kecil yang terjadi pada saat perubahan musim hujan ke musim kemarau atau sebaliknya. Suhu yang dingin disepanjang rute perjalanan ini bukan semata-mata disebabkan oleh udara diam tetapi didukung oleh kencangnya angin yang berhembus ke daerah ini menyebabkan udara semakin dingin.
Orang pertama yang mendaki gunung ini adalah CLIGNET (1838) seorang ahli geologi berkebangsaan Belanda dari sebelah barat daya lewat Widodaren, selanjutnya Junhuhn (1945) seorang ahli botani berkebangsaan Belanda dari utara lewat gunung Ayet-ayek, gunung Inder-inder dan gunung Kepolo. Tahun 1911 Van Gogh dan Heim lewat lereng utara dan setelah 1945 umumnya pendakian dilakukan lewat lereng utara melalui Ranupane dan Ranu Kumbolo seperti sekarang ini.
Gunung Mahameru merupakan sebuah gunung yang terdapat di pulau Jawa, Indonesia. Gunung Mahameru mempunyai ketinggian setinggi 3,676 meter.
Gunung Mahameru merupakan gunung yang tertinggi di pulau Jawa dan gunung berapi yang kedua tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 3.676m dari permukaan laut dan merupakan salah satu gunung berapi yang paling aktif.
Gunung Mahameru mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung.


Gunung Mahameru juga dikenal dengan nama Gunung Semeru. Namun sebenarnya masih ada gunung lain yang bernama Gunung Semeru, yang berada di timur pulau jawa didekat gunung Argopuro. Mahameru merupakan gunung yang tertinggi di Pulau Jawa dan gunung berapi yang kedua tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 3676m dpl dan merupakan salah satu gunung berapi yang paling aktif. Setiap lebih kurang 20 menit sekali kawahnya mengeluarkan abu vulkanik berwarna hitam dan pasir.
Posisi gunung ini terletak diantara wilayah administrasi Kabupaten Malang dan Lumajang, dengan posisi geografis antara 8°06′ LS dan 120°55′ BT.
Dilihat dari kejauhan Mahameru menunjukan bentuk kerucut yang sempurna, tetapi saat berada dipuncak gunung tersebut berbentuk kubah yang luas dengan medan beralun disetiap tebingnya. Kawah Jongring Saloka, demikian nama kawahnya ini pada tahun 1913 dan tahun 1946 diisi suatu kubah kawah. Disebelah selatan, kubah ini mendobrak tepi kawah menyebabkan aliran lava kebagian selatan daerah Pasirian, Candiputro dan Lumajang.
Gunung Mahameru adalah bagian termuda dari pegunungan Jambangan tetapi telah berkembang menjadi strato-vulkano luas yang terpisah. Aktivitas material vulkanik yang dikeluarkan meliputi: - Letusan abu, lava blok tua dan bom lava muda - Material lahar vulkanik bercampur dengan air hujan atau air sungai. - Letusan bagian kerucut yang menyebabkan longsoran. - Pertunbuhan lamban/beransur dari butiran lava dan beberapa kali guguran lahar panas.
Seperti pada umumnya ditempat tinggi lainnya, daerah sepanjang rute perjalanan dari mulai Ranupane (2.200m dpl) sampai puncak Mahameru mempunyai suhu relatif dingin. Suhu rata-rata berkisar antara 3°c - 8°c pada malam dan dini hari, sedangkan pada siang hari berkisar antara 15°c - 21°c. Kadang-kadang pada beberapa daerah terjadi hujan salju kecil yang terjadi pada saat perubahan musim hujan ke musim kemarau atau sebaliknya. Suhu yang dingin disepanjang rute perjalanan ini bukan semata-mata disebabkan oleh udara diam tetapi didukung oleh kencangnya angin yang berhembus ke daerah ini menyebabkan udara semakin dingin.
Orang pertama yang mendaki gunung ini adalah CLIGNET (1838) seorang ahli geologi berkebangsaan Belanda dari sebelah barat daya lewat Widodaren, selanjutnya Junhuhn (1945) seorang ahli botani berkebangsaan Belanda dari utara lewat gunung Ayet-ayek, gunung Inder-inder dan gunung Kepolo. Tahun 1911 Van Gogh dan Heim lewat lereng utara dan setelah 1945 umumnya pendakian dilakukan lewat lereng utara melalui Ranupane dan Ranu Kumbolo seperti sekarang ini.

Sabtu, 26 Februari 2011

Hari Bumi 22 April



Hari bumi merupakan komitmen untuk membuat / menjadikan kehidupanlebih
baik ,tidak hanya lebih besar dan cepat, juga merupakan langkah nyata bukan
solusi retorika belaka. Ini merupakan hari untuk menguji kembali etika /
tata susila kemajuan individu pada nilai nilai kemanusiaan. Ini merupakan
hari untuk menantang pimpinan pimpinan hukum dan pemerintahan yang berjanji
mengubah pada program program yang perlu perubahan jangka pendek. Hari ini
merupakan hari untuk mencari hari esok. 22April mencari kehidupan masa
depan yang berharga. 22April untuk menentukan hari esok.
(Environmental Teach-In Adventiseament, New York Times, Januari 18, 1970.)


SEJARAH HARI BUMI
(oleh Senator Gaylorfd Nelson)

Pada tahun sebelum hari bumi sulit bagi saya untuk memberikan kritik
lingkungan kepada pemerintah karena merupakan persoalan persoalan non
politik. Presiden, Kongres, tatanan kekuatan ekonomi negara dan pemberi
dana hampir tidak memperhatikan persoalan ini yang mana merupakan import
masukan yang mengejutkan bagi masa depan kami. Sudah jelas bahwa
bagaimanapun, kami memahami masalah ini juga termasuk masalah politik,
sehingga hal ini telah menjadi bagian dialog politik nasional, tetapi hanya
sedikit yang dicapai. Tantangan yang masih belum jelas adalah bepikir pada
kejadian dramatik yang menjadi perhatian nasional yaitu lingkungan.
Akhirnya pada tahun 1963 saya punya ide yaitu berpikir bahwa untuk
memasukkan lingkungan pada pusat perhatian politik yaitu cepat dan untuk
semua.


Ide ini mempengaruhi presiden Kennedy untuk memberikan pandangan secara
nasional pada persoalan ini dengan mengadakan perjalanan wisata pada
teman-teman konservasi, menterjemahkan atau memikirkan bahasa dramatik itu
dengan serius, kondisi yang memburuk pada lingkungan kami dan mengagendakan
untuk menangani masalah ini. Tidak hanya presiden saja yang mengadakan
perjalanan dan saya bangga pada akhirnya dengan masuknya masalah ini
menjadi agenda politik negara. Presiden senang dengan ide ini dan telah
mulai mengadakan perjalanan konservativnya di musim gugur 1963. Senator
Hubert, Humprey, Gene McCharty, Joe Clark dan saya menyertai perjalanannya
ke Pennsylnavia, Winconsin, dan Minessota. Ada beberapa alasan pada
perjalanan itu tidak mencapai apa yang diharapkan. Perjalanan itu tidak
berhasil membuat lingkungan menjadi persoalan politik nasional. Tetapi dari
sinilah akhirnya muncul ide dan berkembang menjadi "Hari Bumi". Walaupun
perjalanan presiden itu mengecewakan, saya berharap banyak ide tentang
lingkungan pada tingkat politik. Enam tahun sebelum ide "Hari Bumi" akhie
Juli 1969, ide itu muncul pada percakapan mengadakan perjalanan ke barat.

Pada akti itu ada kerusuhan di kampus-kampus saat perang Vietnam. Protes
banyak dilakukan di kampus-kampus menentang pemerintah. Pada penerbangan
dari Santa Barbara ke California/Berkley, saya membaca artikel tentang
"tracks-in"/pengajaran, dari sini tiba-tiba saya punya ide mengapa tidak
membentuk pengajaran nasional tentang lingkungan. Itulah aslinya Hari Bumi.

Saya kembali ke Washington awal Agustus, mulai mengumpulkan data untuk
kegiatan Hari Bumi, dan menyiapkan 50 surat kepada para gubernur dan
pimpinan-pimpinan untuk menjelaskan kejadian dan meminta untuk
memproklamasikan Hari Bumi. Saya mengirimkan artikel Hari Bumi kepada
akademi-akademi jurnalistik/majalah yang menjelaskan berbagai even dan
salah astunya ke Scholastic Magazine (Majalah Sekolah) yang dilanjutkan ke
sekolah-sekolah tinggi dan menengah.

Pada pidato yang diberikan di Seattle bulan September, saya mengumumkan
bahwa ada suatu pengajaran lingkungan nasional dimulai pada musim semi
1970. Tanggapan berkembang secara dramatik sekali. Telegram, telephone, dan
surat-surat menuangkan penyelidikan-penyelidikan menyeluruh di
negara-negara. Dengan menggunakan staf senat saya, saya menjalankan
aktivitas-aktivitas hari bumi keluar kantor saya. Menjelang bulan Desember,
perubahan-perubahan terjadi cepat sekali sehingga perlu didirikan kantor di
Washington untuk melayani aktivitas-aktivitas dan penyelidikan-penyelidikan
yang berhubungan dengan hari bumi.

Hari Bumi berhasil seperti apa yang saya harapkan. Tujuannya untuk
mendapatkan aktivitas nasional yangberhubungan dengan lingkungan yang bisa
berpengaruh mempengaruhi kebijaksanaan politik. Perkiraan ada 120 juta
orang yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini. 10.000 anak-anak sekolah
tingkat menengah dan tingkat tinggi, 2.000 mahasiswa dan seribu masyarakat
yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini.

Hal ini sungguh menjadi kegiatan yang menakjubkan. Manusia memelihara dan
Hari Bumi menjadi kesempatan pertama bagi orang-orang yang bergabung dalam
aktivitas nasional ini untuk menyampaikan pesan yang penting kepada
politikus-politikus yaitu pesan kepada mereka untuk bangkit dan melakukan
sesuatu. Hal ini dapat terlaksana karena spontanitas, dan tanggapan yang
baik pada pecinta lingkungan. Belum pernah ada kegiatan seperti ini
sebelumnya. Saat organisasi-organisasi itu berkembang baik di kampus,
ribuan even di sekolah-sekolah dan masyarakat tergerak sendiri sam[ai
tingkat bawah. Kita tidak punya banyak waktu dan kemampuan untuk
mengorganisasikan 10.000 sekolah tingkat menengah dan tinggi, dan seribu
masyarakat yang berpartisipasi. Mereka mengorganisasikan secara sederhana
sesuai dengan kemampuan mereka. Itulah yang menjadi tonggak Hari Bumi.

Jangan lupa, jika anda ingin mengubah negara untuk keputusan-keputusan yang
sulit tentang persoalan kebijakan politik, pecinta lingkungan merupakan
sumber kekuatan. Dengan anda apa saja dapat dilakukan. Jika anda ingin
merubah negara untuk kepentingan ekonomi, pikirkan diri anda dan generasi
anda yang akan datang. Saya yakin anda dapat melaksanakannya.

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More